Jantung yang berdetak terlalu cepat atau lambat akan mempengaruhi pasokan darah ke seluruh tubuh. Akibatnya fatal, bahkan kematian bukan tidak mustahil menimpa. Lalu apa yang harus dilakukan untuk menghindarinya?
Kematian mendadak akibat gagalnya fungsi jantung sering menimpa banyak orang. Satu contoh nyata adalah kematian yang menimpa pilot Sriwijaya Air awal bulan ini. Kematian pilot tersebut diperkirakan disebabkan denyut jantung yang terlalu cepat.
“Yang dimaksud dengan gangguan irama jantung merupakan kelainan denyut jantung yang terlalu cepat atau lambat,” kata Dr Yoga Yuniadi SpJP, ahli penyakit jantung dan elektrofisiologi, menjelaskan hal ini.
Yoga yang ditemui usai pembukaan “Jakarta Heart dan Vaskular Center (JHVC)” di RSMK Kelapa Gading Jakarta Utara, akhir minggu lalu, menjelaskan kalau penyakit ini bisa diindentifikasi, bila seseorang memiliki denyut jantung di atas atau di bawah irama detak jantung normal.
“Secara normal kecepatan denyut jantung pada saat istirahat sekitar enam puluh hingga seratus per menitnya,” katanya. “Jadi bila denyut jantung saat istirahat di atas seratus kali per menit, ia bisa diperkirakan menderita gangguan irama jantung,” urainya. “Begitu pula bila detak jantung di bawah enam puluh kali per menit. Maka ia bisa diperkirakan mengalami gangguan irama jantung lemah.”
Penyakit ini, menurutnya, tidak bisa diremehkan. Menurut data terakhir diperkirakan hingga 90 persen kematian mendadak, disebabkan gangguan irama jantung terlalu cepat.
Gejalanya sendiri menurut Yoga bisa bervariasi. Mulai dari jantung yang sering berdebar, pingsan mendadak, hingga akhirnya kematian. “Uniknya penyakit ini bisa menimpa berbagai kalangan umur. Mulai dari bayi hingga orang tua,” imbuh Yoga.
Pada bayi kadang ditemui kadar detak jantung yang terlalu lemah. “Ini bisa saja disebabkan karena memang ada kelainan sejak lahir,” urainya. Namun bisa juga ini disebabkan perilaku orang tua yang tak sehat, seperti sering merokok, minum kopi berlebih, mengosumsi alkohol terlalu banyak atau minum coklat dengan tak teratur. “Selain juga ada perangsang dari keadaan psikis dan lingkungan di dalamnya,” kata Yoga.
Penyembuhan
Tak dipungkiri bila menghadapi kondisi seperti ini memang bisa menakutkan. Memang, kematian bisa datang kapan saja, namun dengan adanya penyakit ini kematian bisa datang dengan lebih besar potensinya.
“Sebenarnya kalau mau diselusuri, penyakit ini disebabkan karena terganggunya fungsi atrial fibrillation pada jantung,” kata Yoga lagi.
Kelainan ini menurut ahli jantung di JHVC yang lain, yaitu Dr. Utojo Lubiantoro, SpPJ, bisa disebabkan berbagai hal. Namun yang jelas, penyakit seperti ini sebenarnya sudah bisa disembuhkan dengan teknologi yang ada sekarang.
“Dengan tindakan ablasi dan elektrofisiologi, penyakit ini bisa disembuhkan secara sempurna,” urai Utojo. Ablasi sendiri merupakan tindakan memutus sumber gangguan dengan memanfaatkan panas yang dihasilkan dari gelombang frekuensi radio.
“Teknik ablasi sebenarnya cukup efektif, karena mampu membuat penderita tidak perlu lagi mengonsumsi obat-obatan selain juga memiliki tingkat keberhasilan hingga sembilan puluh lima persen banyaknya,” tambah Utojo, yang memiliki jadwal praktik sepanjang minggu di JHVC.
Untuk penderita gangguan irama jantung lambat, biasanya terapi penyembuhan yang dilakukan dengan memasang alat pacu jantung permanen. “Itu dilakukan untuk menjamin kecukupan frekuensi denyut jantung,” urainya.
Dengan begitu, pasien harus menjalani operasi kecil untuk memasang alat tersebut. Biasanya alat ditaruh di bawah kulit dada, lalu dihubungkan ke jantung dengan sejenis kabel.(Sinar Harapan ,Sulung Prasetyo, Dari Berbagai Sumber) Suggest Admin Gunakan Essensial Oil Lavender Aromateraphy untuk menstabilkan gangguan irama jantung.
Kematian mendadak akibat gagalnya fungsi jantung sering menimpa banyak orang. Satu contoh nyata adalah kematian yang menimpa pilot Sriwijaya Air awal bulan ini. Kematian pilot tersebut diperkirakan disebabkan denyut jantung yang terlalu cepat.
“Yang dimaksud dengan gangguan irama jantung merupakan kelainan denyut jantung yang terlalu cepat atau lambat,” kata Dr Yoga Yuniadi SpJP, ahli penyakit jantung dan elektrofisiologi, menjelaskan hal ini.
Yoga yang ditemui usai pembukaan “Jakarta Heart dan Vaskular Center (JHVC)” di RSMK Kelapa Gading Jakarta Utara, akhir minggu lalu, menjelaskan kalau penyakit ini bisa diindentifikasi, bila seseorang memiliki denyut jantung di atas atau di bawah irama detak jantung normal.
“Secara normal kecepatan denyut jantung pada saat istirahat sekitar enam puluh hingga seratus per menitnya,” katanya. “Jadi bila denyut jantung saat istirahat di atas seratus kali per menit, ia bisa diperkirakan menderita gangguan irama jantung,” urainya. “Begitu pula bila detak jantung di bawah enam puluh kali per menit. Maka ia bisa diperkirakan mengalami gangguan irama jantung lemah.”
Penyakit ini, menurutnya, tidak bisa diremehkan. Menurut data terakhir diperkirakan hingga 90 persen kematian mendadak, disebabkan gangguan irama jantung terlalu cepat.
Gejalanya sendiri menurut Yoga bisa bervariasi. Mulai dari jantung yang sering berdebar, pingsan mendadak, hingga akhirnya kematian. “Uniknya penyakit ini bisa menimpa berbagai kalangan umur. Mulai dari bayi hingga orang tua,” imbuh Yoga.
Pada bayi kadang ditemui kadar detak jantung yang terlalu lemah. “Ini bisa saja disebabkan karena memang ada kelainan sejak lahir,” urainya. Namun bisa juga ini disebabkan perilaku orang tua yang tak sehat, seperti sering merokok, minum kopi berlebih, mengosumsi alkohol terlalu banyak atau minum coklat dengan tak teratur. “Selain juga ada perangsang dari keadaan psikis dan lingkungan di dalamnya,” kata Yoga.
Penyembuhan
Tak dipungkiri bila menghadapi kondisi seperti ini memang bisa menakutkan. Memang, kematian bisa datang kapan saja, namun dengan adanya penyakit ini kematian bisa datang dengan lebih besar potensinya.
“Sebenarnya kalau mau diselusuri, penyakit ini disebabkan karena terganggunya fungsi atrial fibrillation pada jantung,” kata Yoga lagi.
Kelainan ini menurut ahli jantung di JHVC yang lain, yaitu Dr. Utojo Lubiantoro, SpPJ, bisa disebabkan berbagai hal. Namun yang jelas, penyakit seperti ini sebenarnya sudah bisa disembuhkan dengan teknologi yang ada sekarang.
“Dengan tindakan ablasi dan elektrofisiologi, penyakit ini bisa disembuhkan secara sempurna,” urai Utojo. Ablasi sendiri merupakan tindakan memutus sumber gangguan dengan memanfaatkan panas yang dihasilkan dari gelombang frekuensi radio.
“Teknik ablasi sebenarnya cukup efektif, karena mampu membuat penderita tidak perlu lagi mengonsumsi obat-obatan selain juga memiliki tingkat keberhasilan hingga sembilan puluh lima persen banyaknya,” tambah Utojo, yang memiliki jadwal praktik sepanjang minggu di JHVC.
Untuk penderita gangguan irama jantung lambat, biasanya terapi penyembuhan yang dilakukan dengan memasang alat pacu jantung permanen. “Itu dilakukan untuk menjamin kecukupan frekuensi denyut jantung,” urainya.
Dengan begitu, pasien harus menjalani operasi kecil untuk memasang alat tersebut. Biasanya alat ditaruh di bawah kulit dada, lalu dihubungkan ke jantung dengan sejenis kabel.(Sinar Harapan ,Sulung Prasetyo, Dari Berbagai Sumber) Suggest Admin Gunakan Essensial Oil Lavender Aromateraphy untuk menstabilkan gangguan irama jantung.
2 komentar:
assalamualaikum..
saya andika JOGJA,
Beberapa saat lalu ayah saya masuk RS gara2 kumat jantungnya, dan kata dokter ada kelainan 'ablasi' dan karena sudah beberapa kali masuk RS dengan vonis yang sama yaitu 'ablasi' dokter menyarankan untuk dilakukan operasi..
Saya minta masukannya, apakah yang sebaiknya dilakukan jika selain jalan operasi? dan tingkat keberhasilannya sampai berapa persen? berapa budget yang harus kami persiapkan? mohon penjelasannya, terimakasih
andika
guebeda_7@yahoo.com
coba lihat artikel.ini http://www.kalbefarma.com/index.php?mn=news&tipe=detail&detail=17830
http://www.inilah.com/konsultasi/rubrik.php?kode=&idrubrik=6&id=250
Dan bisa langsung kontak lansung ke bagian Kardiologi RS, Sardjito
Salam Admin
Posting Komentar